MUARASABAK - Puluhan desa di Provinsi Jambi yang berada di pesisir pantai Tanjab Timur terancam punah dalam beberapa tahun ke depan. Salah satunya adalah desa Sungai Sayang di Kecamatan Sadu yang hutan mangrove-nya dibabat secara masif oleh korporasi.
Manajer Komunikasi KKI Warsi Rudi Syaf menyebutkan bahwa lembaganya juga mendapat informasi perambahan mangrove di pesisir pantai Tanjab Timur itu. Dari tangkapan citra satelit yang diolah KKI Warsi, luasan mangrove yang dibabat di Sungai Sayang mencapai 110 hektar.
Padahal, kata Rudi, hutan mangrove adalah benteng terakhir untuk masyarakat di pesisir pantai timur Sumatera itu. Mengutip hasil riset Coastal Climate Central, Rudi mengungkapkan bahwa pemanasan global yang belum terkendali akan menjadikan kawasan pesisir paling dulu terdampak.
Rudi menunjukkan hasil permodelan Coastal Climate Central yang di-overlay dengan peta desa-desa di pesisir Provinsi Jambi. “Ada ratusan desa yang akan tenggelam jika kenaikan muka air laut masih berlangsung sebagaimana biasa, termasuk Kecamatan Sadu, juga Desa Sungai Sayang,” ujar Rudi, Jumat (2/9).
Apalagi bila mangrove yang diharapkan menjadi benteng terakhir terjangan air laut ke dataran Kecamatan Sadu tersebut habis dibabat.
Diberitakan sebelumnya, ribuan hektar hutan mangrove di pantai Desa Sungai Sayang, Kecamatan Sadu, Tanjab Timur, dibabat untuk ditanami sawit. Dari foto yang didapat Metro Jambi, tampak hamparan luas yang sudah dibersihkan dan siap ditanam.
Baca juga: Ratusan Hektar Hutan Mangrove Tanjab Timur Dibabat, Ditanami Sawit
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tanjab Timur Adil Aritonang memastikan, pembukaan lahan mangrove itu belum mendapat izin dan melanggar peraturan.
“Sampai saat ini belum ada izin. Kami akan panggil pejabat terdahulu terkait hal ini,\" katanya, Senin (29/8). Dia juga memastikan, lahan yang dirambah masuk ke kawasan konservasi.
Perambahan hutan mangrove tersebut diduga dilakukan korporasi. Camat Sadu Frans Apriyanto menyebutkan, ada proses ganti rugi lahan ke masyarakat yang dilakukan sejak 2017.
Alih fungsi lahan mangrove ini dikhawatirkan akan memunculkan persoalan lingkungan. Keberadaan hutan mangrove di pesisir pantai diperlukan untuk menahan abrasi dan menjaga ekosistem pantai.
Pesisir pantai Sungai Sayang berhadapan langsung dengan Laut Cina selatan. Selain mengancam lingkungan, hilangnya hutan mangrove juga mengancam kehidupan warga di kawasan itu.
Menurut Rudi Syaf, berdasarkan pemodelan oleh Coastal Climate Central, rencana kebun sawit di bibir pantai Tanjab Timur itu akan mulai terendam dalam enam tahun ke depan.
“Ini karena Sungai Sayang hanya di level 1 meter dari permukaan laut. Dengan kondisi ini perubahan muka air laut sedikit saja, akan sudah merendam daerah itu,” kata Rudi.