PADA tulisan yang lalu saya sampaikan bahwa doa itu pasti dikabulkan oleh Allah apabila kita berdoa kepada-Nya. Tidak pernah dan tidak akan pernah Allah menunda-nunda pengabulan doa. Maka jika doa yang kita panjatkan belum terkabul, sesungguhnya bukan Allah yang menunda pengabulan doa melainkan faktor kitanya yang menyebabkan doa itu itu belum terkabul.
Baca juga : Kapan Allah Mengabulkan Doa Kita ?
Kita sering berprasangka Allah belum mengabulkan doa karena faktor pertimbangan ini dan itu yang hanya Allah yang mengetahuinya. Konsep berfikir demikian memaksakan diri memahami Allah dari dimensi insaniyah. Yang seharusnya kita berfikir dari dimensi illahiyah yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga ketika fikiran kita tidak dapat mencapai wilayah-Nya kita akan berprasangka baik terhadap Allah karena semuanya diluar jangkauan kemanusiaan.
Mungkin kita pernah mendengar beberapa nara sumber pada saat ceramah mengatakan bahwa Allah akan mengabulkan doa sesuai dengan keadaan kita apakah pantas atau tidak mendapatkan pengabulan doa. Seperti anak kecil yang minta uang kepada ibu / bapaknya misalnya, si ibu / bapak akan memberi sesuai dengan kondisi anak itu. Ini yang saya maksudkan diatas sebagai melihat wilayah Allah dari dimensi insaniyah. Realita alam manusia ditarik untuk memberikan kesimpulan yang sama terhadap Allah. Menurut saya keliru.
Keadaan Allah adalah keadaan yang tidak bisa dicapai oleh manusia. Allah bersifat Mukhalafah li al-Hawadits (berbeda dengan keadaan makhluk) dan Qiyamuhu Binafsihi (berdiri sendiri), artinya pengabulan doa yang merupakan kewenangan Allah dalam wilayah Allah tidak dapat dilihat dari dimensi kita selaku manusia. Allah mengabulkan doa-doa kita menurut cara-cara yang hanya Allah sendiri yang Maha Tahu.
Oleh karena itu berdoalah kepada Allah tenatang apa saja yang kita butuhkan. Hadapkan diri kita kepada-Nya dengan penuh harap. Rasakan pada saat kita berdoa kita berada dihadapan Allah meminta segala apa yang kita butuhkan. Tidak usah ragu Allah akan menunda doa kita, malah sebaliknya yakinkan pada diri kita bahwa setiap doa yang kita panjatkan pasti dikabulkan Allah.
Baca juga : Berdoa Dengan Penuh Keyakinan Akan Dikabulkan
Cari situasi yang tepat yang pada saat kita berdoa akan membawa kita pada suasana seolah-olah kita berada di hadapan Allah. Sehingga permohonan yang kita ajukan melalui doa dapat dikomunikasikan dengan sempurna kepada Allah. Ingatlah bahwa Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Jadi kapan saja dan dimana saja kita dapat mencurahkan pengharapan kita kepada Allah. Tetapi walaupun demikian perlu dukungan suasana yang tepat untuk memanjatkan doa agar doa dapat dikomunikasikan kepada Allah dengan segala penghayatan dan keikhlasan. Dengan cara ini kita akan dapat merasakan kehadiran Allah pada setiap kali kita memanjatkan doa, dan menarik setiap karunia dan rahmat Allah yang merupakan jawaban dari doa-doa kita.
Hubungan kita dengan Allah harus terjalin sempurna, dan doa merupakan sarana yang dapat menciptakan dan mengeratkan hubungan kita dengan Allah. Alasan adalah :
- Jika pada setiap saat dan setiap keadaan kita selalu menghadap berdoa kepada Allah, dan meyakini doa-doanya akan dikabulkan, maka akan tertanam tauhid yang kokoh di dalam hati kita.
- Ketika pengabulan doa mulai dirasakan, dan maksud-maksud serta harapan-harapan yang dipanjatkan kepada Allah mulai terealisasi, maka keimanan yang telah kita miliki akan semakin bertambah dan kuat.
- Kecintaan kepada Allah akan mulai dapat dirasakan manakala kedua hal tersebut di atas telah menyatu dalam diri kita.
Ketika keyakinan telah menyatu dalam diri kita bahwa doa yang kita panjatkan pasti dikabulkan oleh Allah, sekarang carilah waktu yang tepat untuk berdoa. Waktu yang dapat mendorong sugesti kita bisa merasakan kehadiran Allah pada saat doa dipanjatkan. Waktu yang dapat memberikan energy positif, membukakan inspiratif dan dapat membantu komunikasi dua arah hamba dengan Khaliqnya. Pemilihan waktu yang tepat untuk berdoa kepada Allah ini adalah karena doa merupakan aktivitas penghambaan yang paling mulia di sisi Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : \"Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa”. [Sunan At-Timidzi, bab Do\'a 12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Do\'a 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362].
Beberapa sumber menginformasikan adanya saat-saat tertentu dimana doa akan dikabulkan oleh Allah, yang karenanya waktu itu disebut sebagai waktu mustajabah. Seperti sepertiga akhir malam, saat berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, selesai shalat fardhu, pada saat adzan dan peperangan, sesaat pada hari jum\'at, saat terbagun pada malam hari, diantara adzan dan iqamah, pada saat kehujanan, pada saat musibah kematian, pada malam Al-Qadar, pada hari Arafah. Informasi ini pun bersumber dari Hadits yang shahih.
Saya tidak hidup di zaman Rasulullah SAW, sehingga tidak tahu persis waktu-waktu mustajabah yang disampaikan oleh beliau itu untuk siapa dan dalam keadaan apa. Asbab al-Wurud hadits itu pun secara nyata atau samar tidak memberikan informasi penunjukan untuk siapa atau dalam keadaan apa. Karena banyak sabda-sabda beliau untuk seseorang tertentu yang digeneralisasi untuk banyak orang (umat) pada zaman kita sekarang ini. Seperti pembacaan zikir subhanallah 33x, alhamdulillah 33x, dan Allahu akbar 33x selepas shalat fardhu diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat yang masih lemah keimanannya. Tetapi pada zaman kita ini justru diamalkan oleh hampir seluruh umat muslim. Padahal penghambaan (zikir) kepada Allah itu tidak semestinya dibatasi oleh hitungan-hitungan, karena Allah pun tidak pernah menghitung-hitung rahmat, karunia, rezeki dan sebagainya yang diberikan kepada kita. Berzikirlah kepada Allah tanpa batas hitungan dan tanpa batas waktu, bahkan setiap denyut jantung yang memompakan darah ke seluruh tubuh seyogyanya beserta zikir kepada Allah.
Sejatinya bagi Allah SWT tidak ada waktu-waktu khusus untuk menerima doa-doa hamba-Nya. Karena waktu itu Dia yang menciptakan sehingga Dia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Allah tidak pernah tidur sehingga kapan pun Dia mengetahui dan mendengar hamba-hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Dalam perspektif Allah sebagai Khaliq, tidak diciptakan waktu tertentu lebih baik dari waktu lainnya. Kapan saja kita menghadirkan diri ke hadapan Allah SWT untuk menghambakan diri dan berdoa, Allah selalu dekat dengan kita. Kita banyak membaca / mendengar hikayat para wali atau orang-orang tertentu yang begitu berdoa langsung dikabulkan oleh Allah kapanpun dia berdoa tanpa memilih waktu-waktu tertentu. Ya, karena ia telah mencapai wilayah Allah sehingga apapun dapat dikomunikasikan dengan baik kepada Allah tanpa menunggu saat-saat mustajabah.
Penghambaan diri itulah kunci suatu doa akan terkabul. Bagaimana kita dapat mencapai wilayah Allah jika kita belum merasa sebagai hamba, jika kita belum memposisikan diri sebagai siapa diri kita di hadapan Allah, jika kita masih mempunyai ego yang disombongkan. Mungkin kita melihat betapa orang-orang tertentu doa-doanya dikabulkan oleh Allah, tetapi kita yang beribadah dan berdoa terus menerus belum mendapatkan gambaran kapan doa-doa kita terkabulkan. Mari tanyakan kepada diri kita seberapa mengertikah kedekatan kita dengan Allah? Apakah kita telah benar-benar merasa ada dalam wilayah Allah? Apakah doa yang kita panjatkan diyakini telah terkomunikasikan dengan baik kepada Allah?
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang menjadi keinginan kita. Tanpa kita ucapkan pun Allah Maha Mengetahui apa yang terlintas dalam pemikiran kita. Bahkan sesungguhnya tanpa kita sadari banyak keinginan yang terlintas dalam pemikiran kita tanpa diminta diberikan oleh Allah SWT melalui berbagai macam cara yang dikehendaki-Nya. Apalagi jika penghambaan kita kepada Allah sudah sedemikian dekatnya dalam wilayah Allah, maka segala permintaan yang kita mintakan kepada Allah akan dikabulkan. Tidak mencari-cari waktu mustajabah untuk berdoa, tetapi hambakan diri kita kepada Allah dengan sebenar-benar penghambaan.