• Minggu, 24 September 2023

Pengabulan Doa Adalah Wilayah Allah

- Jumat, 3 Maret 2023 | 08:51 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

Oleh: Dadang Firdaus, S.Ag

ADA beberapa orang yang bertanya kepada saya perihal tulisan sebelumnya tentang doa, yang menurut mereka sesuatu yang baru yang hampir tidak terdengar dikemukakan oleh para ulama/ustadz.

Baca juga : Melalui Do'a Kita Mengenal Allah

Dalam pemahaman mereka tentang doa, sebagaimana pengajaran para ulama/ustadz, suatu doa akan dikabulkan sesuai dengan keadaan dan kepantasan, serta memenuhi persyaratan tertentu dan dipanjatkan pada waktu-waktu tertentu pula, atau pada waktu-waktu mustajabah. Sedangkan saya mengemukakan hal yang sebaliknya.

Sebenarnya itu bukan hal yang baru, banyak juga pemuka-pemuka muslim terdahulu yang mempunyai pemikiran yang sama dengan apa yang saya sampaikan. Namun pemikiran, mereka tenggelam oleh pemikiran-pemikiran lain yang menganggap doa akan terkabul sesuai dengan keadaan dan kepantasan, serta apabila memenuhi syarat tertentu dan dipanjatkan pada waktu-waktu yang mustajabah.

Baca juga : Berdoa Dengan Penuh Keyakinan Akan Dikabulkan

Pemikiran seperti itu, menurut saya, memaksakan realitas alam manusia ke dalam wilayah Allah yang tidak mungkin dapat dicapai. Allah itu Mukhalafah al-Hawadits (=berbeda dengan ciptaannya), sehingga apa yang menjadi urusan Allah sangat mustahil dapat dicapai oleh pemikiran kita.

Justru keliru apabila wilayah Allah dipaksakan ditarik ke dimensi pikiran manusia yang sangat terbatas, yang hanya mampu memikirkan apa yang terpikir secara subyektif oleh dirinya saja. Padahal Allah Maha segala-galanya, yang kemahaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Tak terhitung banyaknya seperti kita tidak bisa menghitung banyaknya pasir di pantai, kasus orang-orang yang menengadahkan tangannya berdoa kepada Allah dengan penuh harap, dengan tangisan dan dengan kebesaran dan ketulusan jiwa menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah, saat suatu keadaan sangat kritis menimpanya, Allah kabulkan doanya baik menurut apa yang dia minta atau dengan cara lain yang lebih baik dari yang dia minta.

Baca juga : Kapan Allah Mengabulkan Doa Kita ?

Bukan hanya doa para Nabi atau orang-orang salih, tetapi orang-orang biasa pun banyak yang mendapat pengabulan doa dalam keadaan seperti ini. Keajaiban demi keajaiban yang tidak logis pun selalu nyata dalam pengabulan doa, seperti banyak terjadi orang miskin yang harus mengeluarkan biaya besar saat dirinya atau keluarganya akan menjalani operasi tumor misalnya.

Betapa ia dengan kesungguhan bermohon kepada Allah memasrahkan diri dan kehidupannya karena ketidakmampuan membayar biaya rumah sakit. Tiba-tiba operasi tidak terjadi karena tumornya lenyap.

Banyak juga yang operasinya terus berjalan, namun pada saat pembayaran menemukan keajaiban seperti biaya rumah sakit dibebaskan, atau mendapat pertolongan dari orang lain yang membayar biaya rumah sakit tersebut. Itu hanya contoh kasus dari bermilyar kasus pengabulan doa yang dialami oleh orang-orang biasa ketika dalam keadaan kritis ia bermohon dengan kesungguhan kepada Allah SWT.

Banyak kasus-kasus pengabulan doa, terlebih pada kondisi-kondisi mendesak yang mengharuskan saat itu juga doanya terkabul, yang lepas dari syarat dan waktu yang diajarkan. Bahkan tak terhitung juga banyaknya mereka tidak menengadahkan tangan kepada Allah untuk berdoa, hanya saja suatu keinginan terlintas dalam hati dan pikiran, tiba-tiba berwujud dihadapannya. Atau bahkan tidak ada pikiran apa-apa tentang suatu keinginan tertentu, tetapi secara menakjubkan ia mendapatkannya.

Realitas itu menunjukan bahwa kehendak Allah itu tidak bisa diukur oleh fikiran manusia yang terbatas dan sempit. Pengabulan doa itu bukan urusan kita. Pengabulan doa adalah urusan Allah kepada siapa dan pada waktu apa dikabulkan. Semua hal yang menyangkut Allah, tidak ada kemampuan kita untuk mencapainya.

Juga tidak sedikit para Nabi dan orang-orang salih seperti juga orang-orang biasa yang dalam keadaan kritis menengadahkan tangannya berdoa kepada Allah, tetapi doanya (dalam perspektifnya) tidak dijawab oleh Allah.

Banyak pula doa-doa mereka yang dikabulkan bukan saat itu melainkan setelah berlalunya keadaan yang dihadapinya. Dan tidak sedikit juga doa-doa mereka yang Allah jawab dengan cara lain yang lebih baik dari yang mereka minta.

Mungkin saja suatu doa tidak terkabul itu karena tidak terkomunikasikan dengan baik kepada Allah. Bukan dari sisi Allah nya yang tidak mengabulkan doa, tetapi dari sisi kitanya yang berdoa. Kita mungkin lupa bahwa Allah adalah pencipta kita, Dia Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan dan Dia memberi apa yang kita perlukan.

Bahkan yang dalam fikiran kita tidak membutuhkannya, Allah tetap sediakan bagi keberlangsungan ekosistem kehidupan. Bagi Allah semua ciptaannya adalah makhluknya, maka semua makhluknya itu mempunyai hak yang sama untuk memperoleh keperluannya.

Jangan pernah berpikir bahwa terjadinya diferensiasi sosial dalam kehidupan kita adalah karena ketidakadilan Allah. Kemudian kita meminta keadilan agar tidak terjadi diferensiasi. Tidak demikian.

Diferensiasi sosial itu diciptakan oleh kita sendiri, sementara Allah telah menyedikan segala keperluan/kebutuhan kita dengan sebaik-baik ketersediaan jauh sebelum kehidupan manusia ada. Kemudian manusia memanfaatkan ketersediaan yang disediakan Allah itu menurut kebutuhan/keinginan yang berbeda-beda,.

Dan kita yang hidup di zaman ini adalah suatu keadaan yang tercipta sebagai efek domino dari kehidupan sebelumnya yang berbeda-beda dalam memanfaatkan ketersediaan yang Allah sediakan.

Oleh karena diferensiasi sosial itu diciptakan oleh kita sendiri, maka statusnya dapat berubah atau dirubah sesuai dengan kemampuan kita untuk merubahnya. Kemudian dipertalikan kepada Allah yang merubah suatu keadaan ketika kita berusaha merubah keadaan itu (QS. Al-Ra’d : 11).

Diferensiasi sosial itu bukan terjadi saat ini saja, bahkan telah ada sejak awal kehidupan manusia. Artinya, keperluan / kebutuhan terhadap sesuatu pun berbeda-beda sejak awal kehidupan dimulai. Ketika suatu keperluan / kebutuhan tidak dapat dipenuhi oleh kesanggupan sendiri maka berdoa adalah upaya yang dilakukan manusia kepada Allah, disamping banyak juga yang tersesat bermohon kepada selain Allah.

Menanti pengabulan suatu doa adalah hal yang wajar bagi siapa yang mengharap keinginannya terwujud. Tidak ada yang aneh atau keliru dalam hal ini. Siapa pun dari strata sosial apapun, jika berdoa meminta kepada Allah tentang sesuatu yang diinginkannya, pasti dengan penuh harap ia akan menanti doanya terkabul.

Apalagi saat suatu keadaan mendesak yang mengharuskan adanya jalan keluar dari keadaan tersebut, maka pengabulan doa menjadi keniscayaan yang diharapkan saat itu juga.

Sejatinya dari dimensi Allah, Dia akan mengabulkan permintaan siapa pun yang berdoa kepada-Nya (Q.S. Ghafir : 60) tidak melulu untuk umat muslim, siapa pun yang berdoa kepada-Nya. Tidak ada alasan bagi Allah untuk tidak memperkenankan doa seseorang yang bermohon kepada-Nya. Allah berfirman :

"Kepada masing-masing golongan (mukmin maupun kafir) Kami berikan anugerah dan itu adalah dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu itu tidak dapat dihalangi (Q.S. Al-Isra : 20).

Editor: Administrator

Terkini

X