JAMBI - Seorang staf lapangan Fauna & Flora International (FFI) dilaporkan jatuh dan hilang ditelan arus Sungai Langkap di Desa Renah Kemumu, Jangkat, Kabupaten Merangin. Hingga Minggu (17/10) malam, korban bernama Hendar (52) itu belum ditemukan.
“Belum ditemukan. Kita sudah telusuri pinggir sungai sejauh 4,5 kilometer,” ujar Kepala Kantor Basarnas Jambi Abdul Malik, Minggu malam.
Baca juga : Anggota Flora dan Fauna Internasional Hanyut Saat Cari Keberadaan Harimau di Merangin
Menurut Malik, pencarian terbilang sulit karena kawasan itu terus diguyur hujan. “Selain hujan, aliran sungai sangat deras. Kita tunggu air sungai membaik untuk melanjutkan pencarian,” tambahnya.
Dia mengatakan, pencarian melibatkan tim Pos SAR Kerinci, Koramil Jangkat, Polsek Jangkat, BPBD Merangin, Balai TNKS, KPHP dan tim FFI sendiri. “Masyarakat sekitar juga ikut membantu pencarian,” ujarnya.
Dijelaskannya, jarak tempuh dari posko ke lokasi pencarian lumayan jauh, sekitar dua jam berjalan kaki. “Petugas juga kesulitan berkomunikasi karena tidak ada sinyal dan jaringan internet di sana,” tambahnya.
Hendar adalah staf FFI --organisasi konservasi yang berpusat di Inggris--, yang diketahui berasal dari Muko-muko, Bengkulu. Dia kecelakaan pada Jumat (15/10), sekitar pukul 10.00 WIB.
Saat itu, dia bersama empat lainnya sedang melacak dan memantau keberadaan harimau Sumatera di Jangkat.
“Saat menyeberangi sungai bersama temannya, korban terpeleset dan hanyut terbawa arus,” ungkap Malik menceritakan awal kejadian. Mendapat laporkan itu, Basarnas langsung menurunkan tim dari Pos SAR Kerinci.
Tim menggunakan rescue car, water rescue, serta dilengkapi peralatan medis, dan HP satelit.
Harimau Sumatera Direhab
Pekan lalu, harimau sumatera mengamuk dan menyerang tiga warga Merangin. Kejadian ini menarik perhatian banyak pihak. Setelah beberapa hari pencarian, Phantera tigris sumaerae berjenis kelamin betina itu tertangkap.
Kepala BKSDA Jambi Rahmat Saleh mengatakan, harimau yang diperkirakan berusia 10-12 tahun itu ditangkap setelah masuk perangkap tim BKSDA. Katanya, tim memasang perangkap pada Jumat (15/10).
Selanjutnya si Raja Rimba itu menjalani rehabilitasi sebelum dikembalikan ke habitatnya. Dia menjelaskan, harimau yang tertangkap di Desa Air Batu, Merangin, itu kini menjalani rehabilitasi di Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) BKSDA Mendalo.
Baca juga : BKSDA Jambi Rehabilitasi Harimau Sumatera yang Masuk Perangkap di Merangin
Menurut Rahmat, sebelum ditangkap, harimau tersebut terlibat konflik dengan manusia di Desa Guguk, Desa Air Batu dan Desa Marus Jaya di Kecamatan Renah Pembarap. Dua orang meninggal dan satu orang luka-luka.
Korban pertama adalah warga Guguk, Rasidi, yang diterkam dan meninggal pada 25 September 2021. Sedangkan korban kedua adalah Pami (62), warga Marus Jaya, yang diterkam pada 11 Oktober 2021, namun hanya mengalami Luka.
Lalu, pada 13 Oktober 2021 harimau kembali memangsa manusia. Kali menimpa Abu Bakar (21), warga Air Batu yang belakangan meninggal dunia.