Hedonisme dan Mahasiswa

- Rabu, 4 Desember 2019 | 21:37 WIB

Oleh: Mega Agustina *)


SETIAP mahasiswa mempunyai gaya hidup yang berbeda dalam menjalankan aktivitasnya. Gaya hidup menunjukkan bagaimana seseorang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial.

Ada banyak gaya hidup yang mencolok pada mahasiswa, tapi yang paling menarik untuk dikaji itu adalah gaya hidup hedonisme. Gaya Hidup Hedonisme menurut Amstrong adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Hedonisme kini mulai merambah kepada kaum pelajar mahasiwa. Layaknya remaja yang berusia 18 tahun keatas tengah mengalami perubahan secara fisik dan psikis. Faktor lingkungan baru yang ditemui oleh kaum pelajar mahasiswa turut memberi dorongan yang besar untuk timbulnya gaya hidup hedonisme dikalangan pelajar mahasiwa.

Mahasiswa dinilai sebagai generasi Z yang tengah menuju hidup yang sesungguhnya sementara pengaruh pengaruh hedonisme semakin menguat seiring dengan kehidupan mahasiswa yang menuju modernitas. Sebagai contoh gaya berpakaian mahasiswa akan berbeda dengan gaya berpakaian remaja yang tidak kuliah disini peran hedonism semakin mengontrol gaya hidup mahasiswa.

Biasanya mahasiswa hedonisme itu sering berpikir bahwa tujuan utama dalam hidup ialah kenikmatan dan kesenangan pribadi. Pondasi pemikiran mahasiswa hedonisme adalah setiap kesenangan yang ingin ia dapatkan harus ia peroleh bagaimanapun caranya. Dampaknya ketika mahasiswa meiliki gaya hidup hedonisme maka banyak hal yang akan diabaikan. Jika itu tidak membawa kesenangan untuk dirinya maka akan banyak hal buruk yang terjadi, salah satunya adalah gagalnya mahasiswa dalam mencapai prestasi akademis.

Seorang yang hedonis cenderung malas untuk memenuhi tuntutan akademik perkuliahan karena ia merasa hal tersebut menyiksa dirinya serta tidak ada sebuah keuntungan yang akan di dapatkandan akhirnya banyak mahasiwa yang hedonisme gagal menyelesaikan perkuliahannya.

Hedonisme membuat mahasiswa tidak peduli dengan kepentingan dan kebahagiaan orang lain sehingga menjadi pribadi yang egois.Hedonisme akan merusak hubungan sosial antar sesama. Keegoisan adalah sifat yang akan melekat ketika seseorang memiliki gaya hidup hedonisme, akibatnya mahasiswa hedonisme sulit berkembang dalam kehidupan sosial.

Mahasiswa hedonisme cenderung akan berkumpul dan membentuk kelompok dengan para mahasiswa lain yang memiliki gaya hidup sama sehingga hal itu membuat tertutupnya pergaulan dengan mahasiswa lain.

Tidak pernah merasa puas dengan hal yang telah dimiliki baik itu harta maupun keluarga, lebih mengutamakan membeli sesuatu karena kesenangan ketimbang kebutuhan, serta selalu merasa lebih baik dari orang lain merupakan sikap yang tidak patut untuk di contoh bagi mahasiswa lain. Sikap-sikap seperti itu biasanya melekat pada diri seorang mahasiswa hedonism. Jika timbul keinginan pada seseorang untuk mewujudkan semua itu maka dapat berdampak buruk terhadap kondisi psikis ketika ia tidak dapat mewujudkannya.

Timbulnya hedonisme dikalangan mahasiswa lebih dipengaruhi oleh kehidupan dunia kampus. Seperti yang kita ketahui bahwa dunia kampus adalah dunia yang dihuni oleh berbagai manusia dengan sifat dan kepribadian yang berbeda beda. Adanya perbedaan sifat hingga gaya hidup inilah yang kemudian mempengaruhi hampir sebagian mahasiswa terbawa arus hedonisme yang diciptakan oleh oknum mahasiswa lain.

Sebagaimana yang di terangkan dalam teori sosiologi yang dikemukan oleh Emil Durkheim mengenai peran lingkungan dalam pembentukan sikap sosial seseorang artinya dunia kampus ikut andil dalam pembentukan gaya hidup hedonisme mahasiswa. Sebagai contoh gaya berpakaian mahasiswa akan berbeda dengan gaya berpakaian remaja yang tidak kuliah disini peran hedonisme semakin mengontrol gaya hidup mahasiswa.

Peralihan tempat tinggal dari desa menuju kota juga dapat membuat sebagian mahasiswa yang berasal dari desa terbawa arus dalam gaya hidup hedonisme. Seperti yang kita ketahui Bersama kehidupan dikota sangat berbeda dengan di desa. Pusat perbelanjaan yang tersebar dimana saja makanan mahal yang tersedia diberbagai restoran dan banyak hal lain yang tidak tersedia di desa tentu saja menggiurkan untuk dicoba oleh para mahasiswa yang berasal dari desa sehingga tanpa disadari hedonisme telah menguasai akal pikiran para mahasiswa ini.

Selain itu budaya hedonisme juga dipengaruhi oleh ketidakmampuan mahasiswa untuk mengelola keuangan dan pengendalian diri terhadap keinginannya. Kebanyakan mahasiswa hidup mandiri atau bahkan merantau sehingga menyebabkan mayoritas mahasiswa merasa kalau ia bisa mengatur hidupnya untuk menuju kebebasan dan kemewahan meskipun uang yang ia dapatkan masih berasal dari orangtuanya

Maraknya Gaya hidup hedonisme dikalangan mahasiswa ini seharusnya cukup meresahkan untuk dunia Pendidikan Indonesia. Banyak efek yang dapat ditimbulkan dari gaya hidup hedonisme mahasiswa ini misalnya meningkatnya angka kemiskinan khususnya bagi orangtua kaum pelajar mahasiswa, Pendidikan hanya digunakan sebagai formalitas belaka, atau bahkan meningkatnya prostitusi yang dilakukan oleh mahasiwa karena membutuhkan uang untuk gaya hidup hedonismenya.

Peran pemerintah maupun pihak kampus yang harus terus menekan hilangnya gaya hidup hedonisme di dunia perkuliahan sudah seharusnya dilakukan. Pihak kampus seharusnya lebih memperhatikan kehidupan sosial mahasiswa dan tak hanya terfokus kepada penilaian secara akademisi karena ketika mahsiswa menyelesaikan studinya ia akan berbaur secara langsung dengan masyarakat. Peranan orangtua dalam mengawasi anaknya yang menjalani perkuliahan juga sangat diperlukan dalam hal ini. Hedonisme perlu diberantas, mahasiswa sudah seharusnya menjadi akademisi yang siap memberikan kontribusi terbaik untuk pembangunan bangsa dan bukanlah sosok yang hanya mementingkan kesenangan pribadi.

*) Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fisipol Unja dan Anggota Organisasi Kemahasiswaan Pengenalan Hukum dan Politik Fisipol Unja

Editor: Administrator

Terkini

Guru ‘Bermuka Dua’

Senin, 5 Juni 2023 | 13:51 WIB

Tanggung Jawab Suami

Rabu, 24 Mei 2023 | 18:59 WIB

Resiko Bisnis atau Korupsi

Kamis, 11 Mei 2023 | 20:16 WIB

Media dan Marketing Politik

Minggu, 7 Mei 2023 | 16:37 WIB

Percakapan “Akademik’ Guru

Jumat, 5 Mei 2023 | 16:26 WIB

Diam-diam Memupuk Rindu Pada Sastra

Rabu, 3 Mei 2023 | 11:58 WIB

Menyambut Idul Fitri, Mencintai Bumi

Sabtu, 22 April 2023 | 22:06 WIB

Ramadan Pergi...

Senin, 17 April 2023 | 23:12 WIB

Mengakhiri Ramadan

Senin, 17 April 2023 | 20:57 WIB

Kurikulum Merdeka ‘Ramadan’

Senin, 27 Maret 2023 | 08:39 WIB

Mungkinkah Doa Ditolak Allah?

Jumat, 17 Maret 2023 | 09:53 WIB

Pemilih Milenial Perisai Idealis Pemilu 2024

Rabu, 15 Maret 2023 | 21:48 WIB

Pengaruh Money Politics Dalam Pemilihan Umum

Selasa, 7 Maret 2023 | 12:09 WIB