• Sabtu, 30 September 2023

Kembali ke Komunikasi Saling Menyenangkan Pasca Pilkada

- Kamis, 17 Desember 2020 | 17:18 WIB

Oleh: Amri Ikhsan*)

HASIL Pilkada Serentak Tahun 2020 bisa dipastikan tidak akan memuaskan bagi semua pihak. Seperti biasa sebuah kontestasi politik, pasti akan ada pihak yang memiliki banyak suara, dan pihak yang kekurangan suara. Juga akan muncul ketidakpuasan dari pihak yang merasa jagoannya kalah jumlah suara.

Diakui atau tidak, selama kampanye dan pasca pencoblosan, potensi potensi terjadinya ‘gesekan sosial’, dengan komentar saling sindir sering terjadi. Pihak yang merasa menang akan memamerkan update terkini pemerolehan suara. Tentu ini membuat ‘kubu sebelah’ menjadi ‘panas’, akibatnya komunikasi menjadi tidak sehat.

Gejala itu setidaknya dapat dikaji dalam sejumlah ‘tanda tanda alam’. Yang paling mudah dilihat adalah kian mengendurnya ikatan sosial di tengah masyarakat. Ada kecenderungan masing masing kelompok akan berkumpul dengan sama pendukung dan rasa ‘agak berat’ menyatu dengan kelompok lain. Semangat kekitaan yang selama ini telah menjadi ikon silaturrahmi masyarakat mulai memudar, tergantikan dengan diksi diksi mengagung agung paslon yang dipilih.

Tanda yang kedua adalah berubahnya cara kita berkomunikasi. Hampir semua pendukung paslon tampaknya sudah lupa bagaimana berkomunikasi yang santun dengan menempatkan lawan bicara secara bijak, dan bermartabat. Sebaliknya, kita terjebak pada ‘gagal paham’ yang menganggap orang yang pilihan politik berbeda sebagai ‘orang lain’ yang harus dikalahkan, dipermalukan, minimal untuk sementara ‘tidak boleh bahagia’.

Yang terlihat, komunikasi kita pun disesaki oleh diksi yang menunjukkan betapa miskinnya kita akan pentingnya komunikasi menyenangkan. Memang tidak ada yang melarang untuk mengungkapkan perbedaan pilihan melalui media sosial. Hanya saja, butuh ‘stamina ekstra’ untuk menyikapi perbedaan tersebut. Harus disadari bahwa media sosial adalah ruang publik. Ruang dimana orang lain pun bisa membaca, mendengar komentar kita. Tidak semua orang ‘bahagia’ dengan posting kita.

Dengan penerapan 3 M (menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan), memang, media social adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual. Dalam media sosial, tiga bentuk yang merujuk pada makna bersosial adalah pengenalan (cognition), komunikasi (communicate) dan kerjasama (cooperation). (Nasrullah, 2015)

Diyakini bahwa media sosial telah menjadi cara baru kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Tentu hal ini akan berdampak pada berbagai sisi kehidupan kita. Kehadiran media sosial telah menjadi gaya hidup baru dan berdampak yang sangat ‘serius’ dalam cara melakukan komunikasi.

Dengan sosial media dapat dilakukan berbagai aktivitas dua arah dalam berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan, visual maupun audiovisual. Sosial media diawali dari tiga hal, yaitu Sharing, Collaborating dan Connecting (Puntoadi, 2011), dengan tujuan memberi tahu, atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior). (Efendi, 2009)

Oleh karena itu komunikasi santun yang menyenangkan layak dilakukan agar terjadi efektivitas sebuah komunikasi. Ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk berbagai situasi dan kondisi dengan perkataan atau komentar yang mulia, perkataan yang menyenangkan, perkataan yang baik, perkataan yang lembut, perkataan yang jujur. (Zahid)

Pertama, prinsip perkataan yang mulia, kita ‘dilarang keras’ melontarkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain, segala jenis dan bentuk kata yang jelek, hina, tidak sopan, tidak pantas dan padanan-padanan negatif lainnya. Ini diwujudkan dengan komentar dengan kata-kata yang baik, yang mulia, dan yang beradab. Ia juga berarti perkataan yang bijaksana, berkualitas, dan bermanfaat.

Kedua, prinsip perkataan yang menyenangkan, jika kita tidak setuju atau tidak sependapat, maka hendaklah dinyatakan dengan katakata dan ucapan-ucapan yang pantas, halus dan lembut dan tentunya menyenangkan.

Anggap saja ada komentar yang tidak disukai, jangan sampai ketidaksukaan membuat kita sakit hati kita, jangan pula dibalas komentar yang menyusahkan diri dan orang lain akhirnya saling mencela. Lakukan sebaliknya, walaupun tidak berkenan, ucapkanlah dengan ucapan yang baik dengan perkataan yang manis, dibarengi dengan rasa hormat dan bersikap tawadlu’ dan merendah diri.

Ketiga, prinsip perkataan yang baik, kata-kata lemah lembut yang menyenangkan orang lain, kata-kata yang baik dan mengutamakan akhlak, dengan segala ucapan dan perbuatan yang indah, baik, sehingga hati jadi tentram dan nyaman. Ini mengindikasikan untuk menggunakan kata-kata yang halus, dan enak didengar kepada orang lain, siapa pun, kapan dan di mana pun.

Keempat, prinsip perkataan yang lembut, walaupun menghadapi situasi sulit tetap menjaga kata-kata yang lembut, kata kata yang tidak menimbulkan rasa tidak enak dengan berkomentar, dan bersikap simpatik agar lebih cepat menyentuh hati sehingga muncul empati, meninggalkan kesan mendalam. Sikap simpatik yang tercermin pada kehalusan sikap dan kelembutan kata.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Devil’s Advocate di Satuan Pendidikan

Senin, 25 September 2023 | 09:56 WIB

Hak Milik dan Izin

Selasa, 19 September 2023 | 14:48 WIB

Hukum Alam Dalam Pembelajaran

Selasa, 29 Agustus 2023 | 09:58 WIB

Kemerdekaan dan Sabotase Diri

Kamis, 17 Agustus 2023 | 08:14 WIB

Tafsir 'Bajingan dan Tolol'

Rabu, 16 Agustus 2023 | 09:14 WIB

Lengser Keprabon, Mandig Pandito

Jumat, 11 Agustus 2023 | 10:14 WIB

Black Box Pembelajaran

Senin, 24 Juli 2023 | 08:51 WIB

Perkawinan dan Perbuatan Pidana

Sabtu, 22 Juli 2023 | 17:49 WIB

Izin dan Sertifikasi

Jumat, 7 Juli 2023 | 07:23 WIB

Libur dan Muhasabah Profesional

Senin, 26 Juni 2023 | 10:14 WIB

Guru ‘Bermuka Dua’

Senin, 5 Juni 2023 | 13:51 WIB

Tanggung Jawab Suami

Rabu, 24 Mei 2023 | 18:59 WIB

Resiko Bisnis atau Korupsi

Kamis, 11 Mei 2023 | 20:16 WIB

Media dan Marketing Politik

Minggu, 7 Mei 2023 | 16:37 WIB

Percakapan “Akademik’ Guru

Jumat, 5 Mei 2023 | 16:26 WIB
X