Kelima, prinsip perkataan yang jujur, kesantunan berkomunikasi juga diukur dari kejujuran informasi yang disampaikan. Tutur kata yang lembut tidak akan bermakna jika mengandung berita hoaks. Artinya, komentar yang disampaikan hendaknya merupakan kritik yang membangun yang berisi fakta yang bisa dipertanggung jawabkan.
Komentar itu tidak sekadar berarti benar, tetapi juga harus berarti tepat sasaran, kata-kata yang diungkapkan merupakan kata-kata yang tepat, kontekstual dengan kondisi saat berkomunikasi.
Yang paling perlu mendapat perhatian, pesan itu harus ‘teguh dan emperis’, diperkuat dengan argumen serta bukti yang tak terbantahkan, sehingga pesan itu memiliki arti dan memberi inspirasi dan akhirnya menimbulkan rasa tenang dan percaya diri bagi orang lain.
Oleh karena itu, supaya transaksi komunikasi berjalan dalam koridor kesantunan berbahasa yang menyenangkan, disarankan agar memperhatinkan: Pertama, berkomentarlah bila kita sendiri pasti akan senang mendengarnya apabila bahasa itu digunakan orang lain kepada kita; dan sebaliknya. Kedua, janganlah menggunakan bahasa yang kita sendiri tidak akan menyukainya apabila bahasa tersebut digunakan orang lain kepada kita (Aminudin Aziz).
Ayo kita berkomunikasi dengan berkomentar yang menyenangkan orang lain agar ‘hidup’ kita tenteram dan sentosa, aamiin!
*) Penulis adalah Pendidik di Madrasah