Oleh: Dr. Noviardi Ferzi, SE, MM
MESKI vaksinasi telah dilakukan dengan tingkat efikasi yang menjanjikan, namun untuk membangun optimisme nampaknya bukan perkara mudah. Dampak sistemik yang begitu cepat dan massif seolah mereduksi keyakinan perekonomian.
Tahun 2020 kemarin, ekonomi dunia menyusut sebesar 4,3 persen, lebih dari dua setengah kali lipat dari penurunan selama krisis keuangan global 2009. Sayangnya, prediksi pemulihan sebesar 4,7 persen yang diharapkan pada 2021 hampir tidak akan mengimbangi kerugian pada 2020.
Tentu saja kondisi ini memaksa negara turun tangan menciptakan stimulus dan membuat berbagai kebijakan berbasis sektor fiskal, moneter dan keuangan. Tujuannya adalah untuk memacu geliat ekonomi pada rumah tangga dan usaha
Hal ini tentu berpengaruh terhadap proses produksi serta industrialisasi. Oleh karena itu, beralasan jika kemudian terjadi ancaman gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal dan kalangan pekerja buruh adalah korbannya, termasuk juga yang dirumahkan.
Data Kementerian Keuangan saja di bulan November 2020 angka PHK sudah mencapai 9,77 juta orang, belum lagi 24 juta tenaga kerja yang kehilangan jam kerja akibat Covid-19. Dengan penjelasan itu angka orang yang kehilangan jam kerja, bukan kehilangan kerja, minimal separuh dari waktu kerjanya. Namun jelas keduanya hanya beda tipis, antara PHK dan kehilangan Jam kerja.
Lalu ada pertanyaan yang menggelitik tentang siapa pemenang adu kuat antara gelombang PHK versus program stimulus ekonomi yang dilakukan pemerintah?
Menjawabnya, kita harus menyadari bahwa pemulihan berkelanjutan dari pandemi sangat bergantung tidak hanya pada besaran stimulus dan peluncuran vaksin yang cepat, tetapi juga pada kualitas dan efektivitas langkah-langkah ini untuk membangun ketahanan terhadap guncangan di masa depan.
Sudah saatnya kita mendorong pemerintah untuk berinvestasi pada pada masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Hal itu harus didorong oleh kebijakan cerdas, investasi berdampak, dan sistem multilateral yang kuat serta efektif yang menempatkan orang-orang di jantung semua upaya sosial dan ekonomi.
Program stimulus ekonomi yang sedang dijalankan pemerintah di antaranya, Program Keluarga Harapan (PKH), program bantuan sosial (bansos) sembako, program bansos tunai di luar Jabodetabek, Kartu Prakerja, diskon listrik, BLT Desa, investasi koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir, dan bantuan tunai bagi pelaku UMKM.
Kesemuanya tentu saja diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat, sembari berharap Herd Immunity terbentuk, dan kehidupan mulai normal kembali. Pada tahap ini ekonomi diyakini akan membaik, roda usaha jalan yang akan membuka lapangan kerja. Saat itu berbagai program stimulus dan vaksinasi sudah mulai mengatasi gelombang PHK. Semoga, Yakin Usaha Sampai.