• Jumat, 29 September 2023

Optimisme Menekan Kemiskinan Jambi Saat Pandemi

- Jumat, 19 Februari 2021 | 16:27 WIB
Budi Hartono, S.ST, M.Si
Budi Hartono, S.ST, M.Si

Oleh: Budi Hartono, S.ST, M.Si *)

BERDASARKAN rilis BPS terbaru, pandemi Covid-19 yang menimpa Indonesia mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi pada bulan September 2020 mencapai 288,10 ribu orang (7,97 persen), bertambah sebanyak 10,3 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2020 yang sebesar 277,80 ribu orang (7,58 persen), dimana covid-19 saat itu baru berlangsung tujuh bulan di bulan September 2020.

Pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap meningkatnya jumlah penduduk miskin baik di perkotaan maupun di pedesaan. Selama periode Maret 2020-September 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 9 ribu orang dari 123,64 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 132,60 ribu orang pada September 2020, sedangkan di daerah pedesaan naik sebanyak 1,3 ribu orang yaitu dari 154,16 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 155,50 ribu orang pada September 2020.

Dampak besar di perkotaan terjadi karena penduduk kota menggantungkan hidupnya pada sektor industri pengolahan, transportasi, perdagangan, penyediaan makan minum, dan jasa. Sektor tersebut terkena dampak paling besar ketika terjadi guncangan ekonomi akibat pandemi. Di sisi lain, terlihat bahwa masyarakat pedesaan yang lebih banyak bekerja di sektor pertanian ternyata lebih mampu bertahan hidup dari serangan pandemik Covid-19.

Ekonomi Provinsi Jambi triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,79 persen (y-on-y). Turunnya pertumbuhan ekonomi berarti penyerapan tenaga kerja menciut. Jika pertumbuhan negatif, banyak PHK sehingga pengangguran membengkak. Kondisi itu pula yang sedikit banyak bisa menjelaskan mengapa angka kemiskinan naik.

UMKM yang biasanya menjadi benteng pertahanan terakhir setiap krisis, kali ini ikut mati suri. Berbeda dengan krisis 1998, UMKM tegar sehingga pendapatannya masih bertahan. Runtuhnya UMKM membuat pendapatan kelas bawah semakin merosot. Mati surinya hampir seluruh kegiatan ekonomi menjadikan jumlah penganggur semakin tinggi. Dengan begitu, masyarakat bawah semakin kecil jumlah pengeluarannya, sedangkan kelas menengah atas masih mampu bertahan.

Pandemi maupun bencana alam terjadi tanpa dapat diprediksi sebelumnya, apalagi Indonesia sebagai salah satu Negara yang sangat rentan terjadinya bencana. Oleh karena itu sangat perlu membangun kesiapan untuk menjaga tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia, agar tidak kaget ketika pandemi dan bencana terjadi. Upaya perlindungan sosial berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga kesejahteraan penduduk dalam menghadapi segala kemungkinan di masa yang akan datang.

Verifikasi dan validasi penduduk miskin harus rutin dilakukan sebagai database yang kokoh dan antisipasi ketika terjadi krisis secara tiba-tiba. Hal ini penting untuk memetakan penduduk secara mendalam berdasarkan karakteristik sosial ekonominya. Sehingga keluhan adanya data penerima bantuan yang dobel atau terlewat dan keterlambatan penyaluran bantuan dapat dihindarkan. Selain itu, berbagai dampak negatif yang dapat menurunkan kesejahteraan penduduk bisa diminimalkan.

Seharusnya, bukan penduduk miskin saja yang diverifikasi, akan tetapi juga kelompok penduduk yang hampir miskin dan rentan miskin. Hal ini penting agar ketika terjadi pandemi, bencana, maupun krisis ekonomi secara mendadak, maka penyelamatan diutamakan pada kelompok miskin dan hampir miskin ini. Bantuan Sosial dapat terdistribusi merata agar masyarakat hampir miskin dan rentan miskin tidak masuk ke lingkaran kemiskinan.

Untuk di perkotaan yang mengalami dampak terbesar dalam setiap krisis ekonomi, perlu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memutakhirkan data kependudukan di wilayah setempat. Sehingga, kebijakan lebih cepat diambil tanpa ada penduduk miskin yang tertinggalkan.

Perkuat Sektor Pertanian

Pada krisis 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13,68 persen dan semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif, kecuali sektor pertanian yang masih mampu tumbuh 0,2 persen. Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian menjadi tulang punggung saat sektor ekonomi lain tidak mampu bertahan dihajar krisis ekonomi.

BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2020 negatif 3,49 persen, dan sektor pertanian tumbuh positif 2,16 persen. Prestasi sektor pertanian ini kembali terulang di triwulan IV, ekonomi negatif 2,19 persen, sektor pertanian tetap tumbuh positif 2,59 persen. Di Jambi sektor pertanian juga masih tumbuh positif. Sektor pertanian tetap bisa diandalkan tatkala perekonomian dan sektor lain terpuruk.

Mengapa di kala krisis atau resesi hadir, sektor pertanian selalu menjadi penyelamat ekonomi bangsa? Hal ini karena pangan adalah kebutuhan primer dan mendasar. Kebutuhan ini tidak bisa ditunda, semua orang membutuhkannya baik saat ada pandemi ataupun normal. Bahkan, sebagai benteng melawan Covid-19, saat terjadi wabah seperti sekarang ini, kita dianjurkan untuk menyantap makanan yang bergizi, agar imunitas tubuh kuat.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Devil’s Advocate di Satuan Pendidikan

Senin, 25 September 2023 | 09:56 WIB

Hak Milik dan Izin

Selasa, 19 September 2023 | 14:48 WIB

Hukum Alam Dalam Pembelajaran

Selasa, 29 Agustus 2023 | 09:58 WIB

Kemerdekaan dan Sabotase Diri

Kamis, 17 Agustus 2023 | 08:14 WIB

Tafsir 'Bajingan dan Tolol'

Rabu, 16 Agustus 2023 | 09:14 WIB

Lengser Keprabon, Mandig Pandito

Jumat, 11 Agustus 2023 | 10:14 WIB

Black Box Pembelajaran

Senin, 24 Juli 2023 | 08:51 WIB

Perkawinan dan Perbuatan Pidana

Sabtu, 22 Juli 2023 | 17:49 WIB

Izin dan Sertifikasi

Jumat, 7 Juli 2023 | 07:23 WIB

Libur dan Muhasabah Profesional

Senin, 26 Juni 2023 | 10:14 WIB

Guru ‘Bermuka Dua’

Senin, 5 Juni 2023 | 13:51 WIB

Tanggung Jawab Suami

Rabu, 24 Mei 2023 | 18:59 WIB

Resiko Bisnis atau Korupsi

Kamis, 11 Mei 2023 | 20:16 WIB

Media dan Marketing Politik

Minggu, 7 Mei 2023 | 16:37 WIB

Percakapan “Akademik’ Guru

Jumat, 5 Mei 2023 | 16:26 WIB
X