Oleh: Amri Ikhsan*
KURIKULUM Merdeka Ramadan bertujuan untuk mentransformasi nilai puasa demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul. Kurikulum ini berisi pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar ‘peserta didik’ memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi hablum minnalallah dan hablum minannas.
Disamping itu, kegiatan ‘ekstra kuriluler’ juga ditekankan. Disamping berpuasa menahan makan dan minum dan hal yang membatalkan puasa, pembelajaran juga harus diisi dengan amalan amalan sunnah yang dilakukan sepanjang kita menjalankan ibadah ini.
Sebenarnya ibadah puasa akan membentuk profil ‘pembelajar’ taqwa yang tercermin dalam setiap ucapan, tingkah laku dalam pergaulan sehari hari. Profil ini akan mengubah karakter orang yang berpuasa menjadi insan yang lebih baik, lebih paripurna di tengah masyarakat akan berguna untuk 11 bulan berikutnya.
Dalam kurikulum merdeka Ramadhan, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai cara bagaimana ‘menyelesaikan’ puasa sehingga ibadah ini sesuai dengan rukun dan wajibnya puasa.
Guru juga bisa membuat ‘projek ibadah’ untuk menguatkan pencapaian profil takwa yang dilakukan untuk menambah nilai ibadah puasa tersebut yang merupakan tujuan akhir dari kurikulum ini. Projek ibadah ini dimaksudkan untuk menambah kualitas ibadah puasa.
Ada beberapa jalur yang bisa dilakukan ‘orang beriman’ dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Ramadan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi, yakni:
Pertama, Puasa Belajar: ‘guru’ diberi kebebasan menjalankan ibadah ini secara mandiri. Boleh dikatakan, ini merupakan puasanya orang awam, yaitu puasa yang hanya menahan lapar, haus, dan nafsu, serta segala hal yang membatalkan puasa (Al-Gazali). Disini, guru berkomitmen untuk menjaga nilai puasa dengan tetap menjaga secara utuh larangan larangan selama menjalankan ibadah ini.
Kedua, Puasa Berubah, guru juga diberi keleluasaan menjalankan ibadah ini dan diperkaya dengan ibadah lain: tadarusan, shalat tarawih ditambah dengan shalat malam, dikuti dengan banyak berzikir, bertasbih dsb. Ini puasanya orang khusus, yaitu puasa kelas istimewa. Artinya puasa dengan menahan telinga, mata, lisan, kaki, tangan, dan pikiran untuk menjauhi perbuatan maksiat (Al-Gazali).
Ketiga, Puasa Berbagi, guru dalam jalur ini disamping melaksanakan ibadah individu, guru juga bisa mengembangkan sendiri ibadah lain terutama berbagi dengan pihak lain: bersedekah, berinfak, berbuat baik, membantu orang lain, dsb dan yang membeda puasa berbagi ini konsisten menjaga diri dari berpikir selain Allah Swt (Al-Gazali).
Dalam puasa terdapat proses yang disebut dengan belajar. Belajar merupakan ikhtiar dalam melakukan perubahan dalam diri seorang yang puasa. Ini akan terlihat dari profil pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jika seseorang puasa dengan sungguh-sungguh pada profil ketiga ranah ini akan berubah secara signifikan dan akan berpengaruh positif dalam kehidupan sehari hari.
Perubahan itu terjadi bila seseorang ‘berani’ mengimplementasikan Kurikulum Ramadan, sebuah cerminan keteraturan hidup yang dilandasi ketaqwaan, sebagai pedoman membangun karakter islami yang sehat, disiplin, bermanfaat bagi orang lain untuk mencapai derajat taqwa, QS. Al-Baqarah [2]: 183) terjadinya revolusi mental/akhlak dan perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku sebagai produk dari kurikulum merdeka ramadhan seperti tersurat dalam Alquran (Al-Baqarah: 183): menjadi manusia taqwa.
Begitulah, kurikulum Ramadan memiliki standar isi, yaitu untuk menumbuhkan kepedulian sosial, mengamanatkan bahwa sebagian rejeki harus dinafkahkan (QS. al-Baqarah [2]: 2), kepada yang berhak, dalam keadaan lapang maupun sempit (QS. Ali Imran [3]: 134).
Kompetensi inti kurikulum merdeka Ramadan ini adalah peningkatan ketakwaan sebagai hamba Allah Swt (beritasatu). Takwa ini merupakan ‘hasil asesmen sumatif’ dari proses pembelajaran yang dilaksanakan selama puasa Ramadhan, dan hasil ‘portofolio’ tugas dan ‘proyek’ yang dikerjakan selama puasa. Tugas dan proyek tersebut tidak dinilai dalam bentuk ‘tes tertulis’ tapi dilakukan observasi terhadap tingkah laku dan ‘wawancara’ dengan pihak terkait.
Lulusan terbaik dari implementasi kurikulum ini tidak diberikan dalam bentuk nilai atau angka oleh guru, tetapi diberikan oleh masyarakat setelah ‘dites’ perubahan sikap dan praktik baik dalam perilaku kita: memancarkan sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya, dalam tingkah laku dan yang paling utama adalah tumbuhnya sifat kasih sayang (rahman-rahim).
Pembelajaran kurikulum ini mengaplikasikan 20% teori dan 80% praktek dengan menggunakan berbagai macam metode dan materi sebagai rangkaian ibadah yang diperintahkan, baik bentuk ibadah mahdhah maupun ibadah sosial. Indikator kelulusan akan terlihat dari: pertama, kepekaan spiritual atau kedekatan dengan Allah dengan dzikrullah, dan selalu ingat Allah serta menyebut-nyebut nama Allah.
Kedua, kerinduan kepada Allah. Senantiasa bergegas dan antusias menghadap Allah ketika panggilan azan waktu salat dan kerinduan semakin memuncak saat salat malam, karena bisa berlama-lama berinteraksi, berdialog, dan beristigfar.
Ketiga, bertawakal hanya pada Allah dan merasakan kebersamaan dengan Allah. Hal ini bersifat kejiwaan dan hanya diketahui dan dirasakan masing-masing individu. Kesadaran hati semakin tenteram karena merasa ada yang menjaga dan melindungi, serta semakin berhati-hati karena merasa ada yang mengawasi (Oghie).
Kurikulum Merdeka Ramadan dirancang untuk melatih ‘peserta didik’ dalam berbagai sifat terpuji, mengalahkan hawa nafsu, serta menundukkan godaan dan rayuan setan, menahan ‘mulut dan jari’ dalam berkomunikasi, dan sebagai tempat dimana kita lebih banyak belajar tentang problema hidup dan kehidupan, merasakan berat kehidupan, indahnya berbagi, nikmatnya khusu’ beribadah.
‘Proses pembelajarannya’ bertujuan untuk membiasakan diri bersikap sabar, santun, jujur dan disiplin, menumbuhkan sifat kasih sayang dan tolong menolong yang menjalin rasa persaudaraan sesama umat manusia. Dalam pembelajaran, ‘peserta didik’ dihadapkan dengan berbagai persoalan kehidupan dan sekaligus mencari solusi dari persoalan tersebut.
Akhirnya, setelah implementasi Kurikulum Merdeka Ramadan sebulan penuh, tibalah hari wisuda pada hari raya Idulfitri 1444 H sebagai wisudawan paling mulia. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu” (QS Al-Hujuraat [49]: 13). Wallahu a'lam bish-shawab!
*) Penulis adalah Pendidik di Madrasah.