Mengakhiri Ramadan

- Senin, 17 April 2023 | 20:57 WIB
Amri Ikhsan (Metrojambi.com)
Amri Ikhsan (Metrojambi.com)

 

Oleh: Amri Ikhsan*

TANPA terasa, kini telah berada di penghujung Ramadan. Sudah menjadi tradisi, sepuluh terakhir, perhatian ‘orang yang beriman’, mulai disibukkan dengan ‘persiapan’ Idul Fitri.

Rasa gembira akan datang hari raya mulai terasa. Mall-mall, supermarket penuh dengan ‘kaum muslim dan muslimat. Jalan disesaki dengan orang yang mau mudik, lalu lintas mulai lambat merayap.

Para ibuk ibuk sudah sibuk menyiapkan kue lebaran, setiap pulang ke rumah selalu membawa ‘sangkek’ berisi kue lebaran. Di samping kue, tidak ketinggalan, menghitung jenis jenis minuman, mulai dari coca cola, fanta, sprite, ‘sarang burung, dan aneka minuman lain sudah mulai ‘distok’. Dan yang paling penting ‘baju lebaran’ dengan berbagai macam corak.

Dan ada tradisi ‘baru’: menukar uang ke pecahan kecil: mulai dari dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu sampai lima puluh ribu. Uang uang ini dimasukan kedalam amplop dan akan dibagi kepada ‘anak anak’ yang datang kerumah sebagai hadiah lebaran.

Begitu masyarakat kita menghabiskan waktu, tenaga, uang di akhir Ramadan. Berbeda dengan Rasulullah dan para sahabat, nuansa sedih dan rasa kehilangan justru begitu terasa di akhir Ramadan.

Pertama, sudah sewajarnya “orang-orang beriman’ merasa sedih karena disadari betul bahwa Ramadan akan berakhir, bulan suci itu penuh dengan berbagai keutamaannya.

Inilah bulan yang paling berkah, yang pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, hanya di bulan suci inilah syetan dibelenggu. “Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta para syetan dibelenggu”. (HR. Ahmad)

Nikmatnya bulan ini, ibadah sunnah disamakan dengan ibadah wajib, dan dilipatgandakan seluruh pahala kebajikan yang dibuat. Hanya sewaktu Ramadan, keutamaan ibadah ini ditemui. Kini dia akan pergi. Dia pasti datang tahun depan. Tapi tidak ada jaminan kita bisa ketemu lagi dengan bulan suci ini tahun depan.

Kita boleh saja sibuk menyiapkan kue lebaran, tapi jangan lupa sibuk memenuhi ‘kue’ ruhani kita dengan tetap konsisten dan bersungguh-sungguh beribadah sepanjang siang, terlebih lagi di waktu malam pada akhir sepuluh hari ketiga.

Kita tidak dilarang ‘menyiapkan’ banyak uang dan waktu untuk membeli pakaian, sepatu baru, tapi jangan lupa menghabiskan waktu dengan ‘pakaian dan sepatu’ taqwa.

Dengan pakaian dan sepatu taqwa itu, kita datang dan menghadap Allah di masjid-Nya, bertaqarrub (mendekatkan diri) dalam khusyu’nya shalat, tilawah, dzikir, dan munajat. Dengan itu pula, kita bisa bersilaturrahmi dengan orang tua, keluarga dan masyarakat.

Sepuluh akhir Ramadan merupakan ‘pertandingan final’ yang mesti dimenangkan, maka kita hendaknya setiap mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan menyiapkan waktu, mencurahkan pikiran dan tenaga untuk tampil prima meningkatkan amal ibadah di sepuluh hari akhir Ramadan tahun ini.

Halaman:

Editor: Ikbal Ferdiyal

Tags

Terkini

Devil’s Advocate di Satuan Pendidikan

Senin, 25 September 2023 | 09:56 WIB

Hak Milik dan Izin

Selasa, 19 September 2023 | 14:48 WIB

Hukum Alam Dalam Pembelajaran

Selasa, 29 Agustus 2023 | 09:58 WIB

Kemerdekaan dan Sabotase Diri

Kamis, 17 Agustus 2023 | 08:14 WIB

Tafsir 'Bajingan dan Tolol'

Rabu, 16 Agustus 2023 | 09:14 WIB

Lengser Keprabon, Mandig Pandito

Jumat, 11 Agustus 2023 | 10:14 WIB

Black Box Pembelajaran

Senin, 24 Juli 2023 | 08:51 WIB

Perkawinan dan Perbuatan Pidana

Sabtu, 22 Juli 2023 | 17:49 WIB

Izin dan Sertifikasi

Jumat, 7 Juli 2023 | 07:23 WIB

Libur dan Muhasabah Profesional

Senin, 26 Juni 2023 | 10:14 WIB

Guru ‘Bermuka Dua’

Senin, 5 Juni 2023 | 13:51 WIB

Tanggung Jawab Suami

Rabu, 24 Mei 2023 | 18:59 WIB

Resiko Bisnis atau Korupsi

Kamis, 11 Mei 2023 | 20:16 WIB

Media dan Marketing Politik

Minggu, 7 Mei 2023 | 16:37 WIB

Percakapan “Akademik’ Guru

Jumat, 5 Mei 2023 | 16:26 WIB
X