Oleh: Amril Hidayat*
KULIHAT dia (Ramadan) berada di muka pintu, sudah siap-siap mengangkat barang bawaanya.
Aku pun bertanya, sambil memegang erat tangannya, "Hendak kemana engkau wahai Ramadan?" sambil terus kupegang eratnya tangannya takut dia pergi.
Dia pun menjawab sambil melepaskan peganganku, "Sudah waktunya aku pergi, sudah hampir sebulan kebersamaan kita," ucapnya.
Aku kembali bertanya apakah tak bisa kau tunda kepergianmu karena aku masih ingin bersamamu, kapan kau kembali apakah kita bisa kembali berjumpa?
Ramadan berkata, "Tak ada yang bisa menunda kepergianku, sama seperti kedatanganku yang tak bisa ditolak siapapun".
"Aku pasti kembali bila tiba waktunya, tapi aku tak bisa memastikan perjumpaan kita, karena umurmu terbatas".
"Bila sampai umurmu ketika aku kembali artinya kita tak akan berjumpa, karena kau sudah menghadap pencipta mempertanggungjawabkan semua perbuatan mu di dunia ini," katanya lirih.
Dia kembali berkata, "Barang bawaanku ini nilainya berlipat-lipat, yang nantinya akan membantu mu di hadapan Sang Pencipta".
"Kalau kau lalai dan tak mengambil bawaanku merugilah kau, karena azab-Nya sangat pedih dan kau baru akan menyesal karena terlena dengan kehidupan di dunia," sebutnya.
Dia menyampaikan, "Rabb ku, sudah mengatakan, Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu," ucapnya mengutip Alquran surah Al Hadid ayat 20.
Dia pun melepaskan peganganku dan hendak melangkah pergi sambil berbisik, "jangan kau lupa teruslah melanjutkan semangat beribadah seperti ketika kita bersama dan terus berdoa memohon ampunan, memohon kekuatan iman serta meminta kita kembali dipertemukan ditahun mendatang," sampainya pelan.
Aku pun tak kuasa menahan tetesan air mata, karena tak sanggup akan mengenang pedihnya azab kubur dan neraka.