Oleh: Herri Novealdi*
SUKA cita menyambut Hari Raya Idul Fitri 1444 H kini dirasakan oleh segenap umat Islam di seluruh belahan dunia. Menyambut Lebaran menjadi bentuk aktualisasi euforia kemenangan setelah sebulan penuh mengisi waktu berpuasa pada Bulan Ramadhan.
Dengan berpuasa, kita sudah melewati ujian untuk menahan diri dan melawan hawa nafsu. Tentu tidak hanya menahan diri untuk makan dan minum semata. Tapi juga menahan diri dalam melawan godaan hawa nafsu, dan ambisi untuk memiliki dunia dengan segala isinya.
Dan, hari ini adalah hari kita kembali kepada fitrah yang suci. Kita kembali kepada lembaran yang bersih, kembali kepada fitrah dan hakikat jati diri sebagai manusia dan makhluk ciptaan dari Allah SWT.
Kita kembali fitrah karena seyogyanya manusia sejak lahir sudah memiliki potensi untuk melakukan berbagai kebaikan dan kesucian. Hati yang suci sesungguhnya tak mau dikotori. Namun seiring perjalanannya seringkali diganggu oleh berbagai pengaruh dari luar diri, termasuk lingkungan.
Peringatan Hari Raya Idul Fitri pada tahun ini di Indonesia bertepatan dengan Hari Bumi yang juga jatuh pada tanggal 22 April. Momen hari raya ini tentunya terasa menjadi istimewa. Semangat kepedulian dan cinta kepada tiap yang telah diciptakan oleh Allah SWT menjadi sangat penting.
Momen silaturahmi, bertegur sapa, dan maaf-memafkan di Hari Raya Idul Fitri menjadikan tali persaudaraan semakin erat. Begitu juga bila ada yang telah berselisih, di hari yang suci inilah waktunya bermaaf-maafan. Saling belajar menerima kekurangan di antara sesama.
Tapi tentu tidak cukup hanya sekedar bermaaf-maafan dengan sesama manusia saja. Semangat mencintai lingkungan menjadi hal yang perlu dikedepankan pada tahun ini, mulai dari momen lebaran hingga selanjutnya. Rasa cinta kasih, peduli, dan semangat untuk selalu berbuat kebaikan, mesti terus dipupuk.
Begitu juga, apabila pernah turut andil dalam merusak lingkungan ataupun berlaku terlalu eksploitatif, kita sebagai manusia juga turut menjadikan Hari Raya Idul Fitri ini sebagai momen perbaikan diri. Ke depan jangan sampai lagi menjadi bagian hal tersebut.
Sekali lagi, Islam adalah agama penuh cinta kasih dan oleh sebab itu tiap umatnya perlu memperlakukan semua ciptaan Allah SWT di atas bumi dengan sebaik-baiknya. Kita kembali fitrah, kembali suci, dan terus meyayangi dan menjaga semua yang baik di atas bumi ini.
Agama Islam melarang tiap orang yang memeluknya rakus dengan berbagai hal bersifat keduniawian. Pada tiap Bulan Ramadhan umat Islam diajarkan untuk lebih mengedepankan perilaku baik, saling berbagi antar sesama dan memperbanyak amal kebaikan kepada semua makhluk.
Perlu disadari bahwa semangat mencintai lingkungan sangat penting dalam kehidupan masyarakat Islami. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Islam yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua, seluruh alam semesta.
Seyogyanya sebagai umat Islam tak cukup hanya berkasih sayang dengan sesama manusia. Umat Islam juga harus terus mencintai dan tidak semena-mena terhadap hewan, tumbuhan, maupun alam dan lingkungan hidupnya.