Pertempuran Kerambik dan Samurai: Awal Penegakan Panji Kemerdekaan di Puncak Andalas (2)

- Minggu, 5 Agustus 2018 | 13:40 WIB
Foto kerambik yang digunakan saat perang oleh hulubalang Kerinci
Foto kerambik yang digunakan saat perang oleh hulubalang Kerinci

Oleh : M. Ali Surakhman

 

PERWIRA Gyu Gun A. Thalib Tyui, ia dilahirkan pada tanggal 15 Juni 1918 di Dusun Sungai Penuh (sekarang kelurahan). Ayahnya bernama Muhd. Siah dan ibunya Rawi. Ketika kecil ia dimasukkan oleh pamannya Siin ke sekolah Belanda Hoolandse Inlandse School (HIS) di Sungai Penuh.

Setamatnya dari HIS pada tahun 1932 ia dikirim pamannya untuk melanjutkan sekolah di MULO Ivoorsa Padang.

Setelah pendudukan Jepang ia masuk Gyu Gun, dan pendidikan perwira di Padang bersama tokoh-tokoh pemuda Sumatera Barat.

Sebelum Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk, maka para bekas Gyu-Gun, Hei-Ho dan Seinendan beserta pemuda lainnya berhimpun dalam barisan yang bernama Pemuda Republik Indonesia (PRI). PRI tersebut diorganisir oleh A. Thalib (mantan Lettu Gyu-Gun), dibantu oleh Hardito, Rasyidin Amin, Buyung Ismail Arif dan Hasyim Hayat.

Pada tanggal 21 Agustus 1945 bala tentara Jepang Batalyon Akiyama Syose yang pada mulanya berkedudukan di Bukit Putus Tapan (60 km sebelah Barat Kota Sungai Penuh) secara mendadak pindah ke Kerinci (Sungai Penuh) dan sebagian pasukan ini ditempatkan di daerah Kayu Aro).

Pada tanggal 23 Agustus 1945, dua hari setelah pasukan Jepang masuk ke daerah Kerinci, A. Thalib sebagai mantan perwira Gyu-Gun dan pimpinan PRI, menemui Akiyama Syose komandan pasukan Jepang itu, untuk berunding mengenai penyerahan persenjataan Jepang kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Tetapi amat disayangkan perundingan itu tidak berhasil, dan permintaan A. Thalib ditolak oleh Nakano Tyui.

Malamnya bertempat di gedung Komite Nasional Indonesia (KNI) Kewedanan Kerinci, A. Thalib dalam suatu pertemuan dengan tokoh masyarakat dan pemuda memberikan laporan mengenai gagalnya perundingan dengan pihak Jepang.

Waktu pertemuan sedang berjalan dengan tidak terduga terlebih dahulu, masuklah ke dalam kantor KNI tuan Nakano Tyui dengan beberapa orang pengawalnya.

Kejadian ini cukup mengagetkan para hadirin dan oleh H. Muchtarudin pimpinan rapat waktu itu, mempersilakan Tuan Nakano Tyui untuk duduk.

Pada kesempatan itu kembali pimpinan Komite Nasional Indonesia Kewedanaan Kerinci atas nama pemerintah Republik Indonesia mengajukan permohonan kepada pihak Jepang yang berada di daerah Kerinci, supaya menyerahkan senjata kepada Pemerintah Republik Indonesia.

Kemudian dikatakan bahwa mengenai keselamatan Tentara Jepang di daerah Kerinci, baik untuk sementara waktu maupun untuk jangka panjang akan dijamin keselamatannya oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Halaman:

Editor: redaktur

Terkini

X