METROJAMBI.COM - Memasuki musim panen jengkol saat ini, para petani di Kabupaten Tebo memilih meninggalkan aktivitas menyadap karet.
Pasalnya, nominal harga jengkol perkilogram berbanding jauh dengan harga karet. Petani menganggap adanya musim jengkol ini dapat mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
"Kalau nyadap karet, saat ini sangat susah. Apalagi harganya tidak sesuai dengan kebutuhan pokok keluarga perhari," ujar Mek, salah satu petani jengkol.
Dikatakannya, penghasilan dari menjual jengkol bisa mencapai Rp 500 ribu lebih perhari. "Harga jengkol di sini mencapai Rp 11-14 ribu perkilogram. Kalau karet cuma Rp 6 -7 ribu perkilogramnya," ungkapnya.
Mek menyebutkan, harga jengkol yang dibilang cukup lumayan perkilogramnya juga bisa menciptakan lapangan kerja bagi para ibu ibu.
"Selama musim panen jengkol kita juga bisa memperkerjakan emak emak, meskipun upahnya murah," tuturnya.
Salah satunya para ibu ibu di Desa Punti Kalo Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo. Mereka terlihat senang disuasana musim jengkol kali ini.
Meskipun hanya menjadi buruh pengupas kulit jengkol, para ibu ibu bisa menambah pemasukan setiap harinya.
"Daripado nongkrong dak jelas, enak kerjo ngupas jengkol, ado jugo pemasukan," ujar Zaenab, salah seorang buruh kupas jengkol. Minggu (4/6/2023).
Menurutnya, penghasilan perhari menjadi buruh pengupas jengkol ini, bisa mencapai Rp 20 ribu. Dimana upah perkilonya hanya seharga 800 rupiah.
"Kita berharap pemerintah bisa menaikkan harga jual buah jengkol, karena bisa menaikkan upah kami," katanya.