PIRING cantik sangat sayang bila dipakai untuk tadah makanan. Hiasannya yang cantik membuat para kolektor maupun pebisnis kuliner merawat dengan baik.
Fungsinya memenuhi kebutuhan atau kepentingan foto produk. ’’Banyak yang pakai piring semacam itu untuk photo session produk makanan yang akan di-upload di media sosial,” ujar Falia Fanimia, salah seorang penjual piring sisa impor.
Perempuan yang memiliki food store di Kawasan Jalan Pahlawan tersebut menambahkan, piring sisa impor termasuk barang yang limited.
’’Ketika ada stok di pemasok, kami langsung berebut dengan peminat-peminat lain. Jadi, kami tidak bisa mendapatkan piring itu dalam jumlah banyak,” terangnya.
Dian Novita Anggaraningtyas, salah seorang pelaku bisnis kue tar, mengaku kerap meletakkan blackforest di piring unik tersebut untuk diantarkan kepada konsumen.
’’Sebab, piringnya kan nggak pasaran. Diharapkan, konsumen merasa istimewa,” ujarnya.
Berbeda dengan Azizah Agustina. Dia memanfaatkan piring unik tersebut untuk suguhan tamu.
’’Nyuguhin tamu dengan kue-kue yang diletakkan di piring-piring apik itu lebih enak dilihat. Jadi, lebih berselera makan,” tuturnya.
Selain itu, banyak piring khas sisa ekspor yang diburu para kolektor piring unik. Salah satunya digunakan sebagai home decoration.
Caranya, bagian belakang piring dibor untuk diletakkan di dinding. Selain itu, piring dipajang di rak khusus.
Piring-piring bentuk bulat, oval, dan persegi panjang tersebut memiliki aneka motif, mulai floral hingga polkadot.
Perpaduan warnanya sering menimbulkan kesan semi vintage. Karena itu, banyak kafe yang memajang piring jenis tersebut sebagai hiasan pemanis.
’’Nggak akan rugi mengoleksi piring seperti itu. Sebab, harga jualnya masih tinggi. Berbeda jauh dengan harga belinya. Jadi, banyak kolektor yang mengincar dan memburu,” tambah Falia.