Kamis, 30 Maret 2023

NGOBROL POLITIK - Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi Faizal Riza: Warisi Gaya Politik Santun Sang Ayah

Senin, 30 Januari 2023 | 08:07:17 WIB


Faisal Riza
Faisal Riza / Metrojambi.com/ist

NAMANYA menjadi perbincangan pada akhir 2021, ketika mendadak dia dipercaya oleh Partai Gerindra menjadi Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi menggantikan Rocky Candra.

Dia orang lama di Gerindra, berpengalaman sebagai Ketua DPRD Tanjung Jabung Barat, dan selalu menjadi peserta terbaik dalam diklat kader dan DPRD yang diselenggarakan Gerindra.

Walau kuliah di jurusan teknik dan menjadi pengusaha, Faizal Riza memiliki rekam jejak yang panjang di dunia politik.

Dalam berbagai perbincangan dengan Metro Jambi, pria pemurah senyum yang biasa disapa dengan nama panggilan Icol dan Pak Waka ini mengungkap secara gamblang pengalaman masa-masa awal berpolitik.

Sesekali suami Jehan Imelda, putri mantan Wali Kota Jambi Arifien Manap, ini berseloroh.

***

Bagaimana Pak Waka awalnya terjun ke dunia politik?

Saya dulu pengurus Golkar Provinsi Jambi. Orang tua saya juga orang Golkar. Beliau dulu bendahara DPD II Golkar Tanjung Jabung (sebelum dimekarkan, red). Saya juga pernah pengurus AMPI dan Ketua Umum HIPMI Kota Jambi dan banyak lagi organisasi yang saya ikuti.

Bagaimana ceritanya bisa masuk Gerindra?

Panjang ceritanya. Sekitar 2009, Muhamadiyah (mantan anggota DPRD Provinsi Jambi 2014-2019 dari Gerindra, dapil Tanjab Barat-Timur Timur, red) sedang mencari sosok yang cocok untuk Ketua DPC Gerindra Tanjab Barat. Dia semacam kordinator atau pemegang mandat.

Dia menawari salah satu teman saya. Teman ini lalu mengajak saya bertemu dengan Muhamadiyah, kalau tidak salah di WTC Batanghari. Saya juga kenal dengan Muhamadiyah. Jadi kita bertemu di sana. Saya duduk agak terpisah, mereka ngobrol-ngobrol.

Usai pertemuan, saya mendengar teman saya ini justru meminta Muhamadiyah menawarkan jabatan Ketua DPC Gerindra Tanjab Barat ke saya. Namun, saat itu belum ada pembicaraan ke arah sana dengan Muhamadiyah.

Namun, setelah pertemuan itu, teman saya ini bilang, “Ayo, Bang Riza sajalah yang pegang Gerindra.” Sejak itu ada komunikasi dengan Muhamadiyah, yang meminta saya bertemu dengan Pak Sutan Adil Hendra (SAH).

Saya temui beliau. Pak SAH mengatakan memang sedang mencari siapa yang mau memimpin Gerindra Tanjab Barat. Katanya, ada beberapa calon, dan beliau memasukkan nama saya.

Kapan itu berjumpa dengan Pak SAH?

Kalau tidak salah pasca Pemilu 2009. Setelah pertemuan pertama itu, saya dipanggil lagi. Beliau menyampaikan bahwa nama saya ada di urutan teratas untuk memimpin Gerindra Tanjab Barat. Beliau meminta ketegasan saya.

Saya katakan ke beliau, “Pak, saya masih orang Golkar, saya meminta waktu untuk berkomunikasi dengan para pengurus Golkar. Saya minta waktu satu minggu.” Eh, Pak SAH menolak. Kata beliau, satu minggu itu terlalu lama. “Saya diberi waktu 2 jam untuk memutuskan,” begitu kata beliau.

Maka, setelah berkoordinasi dengan beberapa teman, akhirnya saya sampaikan ke Pak SAH, “Oke, saya pegang Gerindra Tanjab Barat.”

Respons teman-teman di Golkar?

Ketika kepada beberapa rekan di Golkar saya sebutkan ada tawaran memegang Gerindra di Tanjab Barat, mereka mendukung.

Apa alasan Bang Icol tertarik dengan Gerindra?

Sebagai partai baru, Gerindra memiliki rencana aksi nyata dan komprehensif dalam mensejahterakan rakyat. Misalnya, ada program mensejahterakan masyarakat tani dan nelayan, itu di-breakdown dalam bentuk kegiatan nyata di daerah-daerah.

Selain itu, Pak Prabowo Subianto (Ketua Umum DPP Partai Gerindra) kan sebelumnya juga di Partai Golkar, sebelum mendirikan Partai Gerindra.

Berarti, nyaleg pertama kali di Gerindra, ya?

Iya. Itu pun saya nyaleg karena diminta partai. Di Gerindra saya mengurus partai semata-mata karena suka berorganisasi. Makanya, ketika memasuki masa pendaftaran caleg Pemilu 2014, saya tidak mendaftarkan diri.

Pak SAH kaget. Bagaimana bisa seorang ketua partai tidak nyaleg. “Kamu harus nyaleg,” kata beliau dengan nada yang tegas kala itu.

Karena itulah saya mencalonkan diri. Itu pun saya tidak seperti calon-calon lain yang kasak kusuk sosialisasi. Saya lahir di Tanjab Barat, orang tua saya juga lahir, bekerja dan hidup di Tanjab Barat, jadi sudah ada jaringan. Apalagi, saya juga memiliki usaha di bidang retail consumer goods, yang memang banyak bersentuhan dengan masyarakat luar. Jadi sudah banyak yang mengenal saya dan keluarga saya.

Karena itu, alhamdulillah, dari 1 kursi Partai Gerindra di DPRD Tanjab Barat, di zaman saya menjadi 6 kursi. Saya dipercaya menjadi Ketua DPRD periode 2014-2019.

Bagaimana prinsip Pak Waka dalam berpolitik?

Saya percaya dalam politik harus sabar dan mengikuti sistem seperti tangga, harus pelan-pelan dan selalu belajar, seperti mengikuti air mengalir saja. Kalau Allah sudah bertakdir, tidak ada manusia yang sanggup melawannya. Manusia hanya berusaha dan berdoa.

Saya masuk organisasi atau partai politik ini seperti saya masuk ke organisasi-organisasi lainnya: Saya suka menambah pergaulan dan jaringan. Bukan ngotot mengejar kekuasaan.

Ayah saya dulu juga begitu, selama bertahun-tahun menjadi bendahara Partai Golkar, beliau tidak mau menjadi “apa-apa”. Tidak pernah menjadi anggota DPRD. Bahkan, kalau beliau mau, periode pertama Usman Ermulan menjadi Bupati Tanjab Barat, yang pertama kali ditawari menjadi wakil adalah ayah saya, sebelum Pak Usman memilih Pak Syafrial.

Tapi orang tua saya menolak. Padahal dulu, saya masih ingat, Pak Usman dan beberapa tokoh datang langsung menemui ayah saya meminta untuk menjadi Wakil Bupati. Ayah saya tidak mau. Beliau berpolitik benar-benar karena pergaulan saja.

Saya tidak ngotot. Waktu saya diminta Pak SAH menjadi Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi menggantikan Rocky Candra, banyak yang bilang saya melakukan manuver ke sana kemari. Padahal tidak sama sekali.

Pak SAH sendiri yang awalnya menyampaikan kebijakan partai hendak mengganti jabatan Wakil Ketua karena beberapa pertimbangan. Dan beliau mempercayakannya kepada saya karena saya berpengalaman sebagai ketua DPRD Tanjab Barat. Saya orang lama di Gerindra dan selalu jadi kader terbaik dalam setiap diklat. Tidak ada menuver untuk menjatuhkan kawan, apalagi dari partai saya sendiri.

***

Faizal Riza lahir dari ayah bernama H Muhammad Zaini dan ibu Hj Rosdiana. Ayah seorang pengusaha kelahiran Kualatungkal. Kakek dari pihak ayahnya berasal dari Bawean, Jawa Timur. Ibunya juga kelahiran Kualatungkal, sedangkan kakek dari pihak ibu memiliki darah Bangka campuran.

Ayahnya dikenal sebagai pengusaha yang mengelola konsesi perusahaan perkayuan (HPH) asal Singapura yang sebagian lahannya kini menjadi areal HTI PT Wira Karya Sakti.

Profil Faizal Riza
Lahir : Kualatungkal, 30 Desember 1973
Pendidikan
- Doktor Ilmu Manajemen Universitas Jambi
- Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Jakarta
- Sarjana Teknik Sipil Universitas Trisakti, Jakarta
- P3DA Lemhanas RI, 2019.

Pekerjaan
- Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi, 2019-sekarang
- Ketua DPRD Tanjab Barat, 2014–2019
- Pengajar/dosen di sejumlah perguruan tinggi

Organisasi
- Ketua Dekopin Wilayah Provinsi Jambi, 2022-2027
- Ketua DPC Partai Gerindra Tanjab Barat, 2010-sekarang
- Ketua ICMI Tanjab Barat, 2015-2016
- Sekretaris AMPI Provinsi Jambi 2009–2010
- Ketua Umum HIPMI Kota Jambi 2008-2012

Prestasi dan Penghargaan
- Kader Terbaik III Diklat Kader Muda Partai Gerindra, Hambalang, 2012
- Kader Terbaik Diklat DPRD 2019-2014 Partai Gerindra, Hambalang, 2017
- Tokoh Pemuda Jambi Award 2010
- 100 Leadership Forum, Bangkok-Thailand, 2010
- China-ASEAN Youth Entrepreneurship Forum, GuangXi, 2011
- Leadership Tranformation, Rabana Building, Jakarta, 2001.


Penulis: Joni Rizal
Editor: Joni Rizal


TAGS:


comments