SATU keluarga yang terdiri dari ayah,ibu dan anak selamat dari musibah terjangan batu besar akibat longsor yang terjadi di Desa Kaidundu, Kecamatan Hulawa, Kabupaten Bone Bolango. Namun rumah sederhana mereka harus jebol di salah satu sisinya akibat ditimpa batu sebesar kurang lebih 20 badan orang dewasa.
Kejadian berawal saat hujan deras yang mengguyur Desa Kaidundu, pada Jumat (24/6) sore itu. Karena dalam suasana tengah berpuasa dan hujan yang terus menerus mengguyur desanya, Darwin Lakoro (41) dan anaknya Maikel Lakoro, memilih tidur.
Sementara Rosni Isa (40), isteri Darwin Lakoro yang sempat tidur, kemudian bangun memasak untuk persiapan buka puasa. Karena sudah dekat waktu berbuka puasa, Rosni lalu membangunkan suami dan anaknya yang sedang terlelap di kamar tengah rumah mereka yang kebetulan tepat berada di kaki bukit kawasan pegunungan Kaidundu, Bone Bolango.
“Bangun saja.. bangun saja.. so buka (puasa), so malam itu,” kata Risna saat membangunkan suaminya pada sore yang nahas tersebut, sebagaimana dilansir dari Gorontalo Post (JawaPos Group), Minggu (26/6).
Darwin pun segera bangun, begitu pula anaknya. Rosni kembali ke dapur untuk melanjutkan persiapan buka puasa. Tak berapa lama, dari atas bukit terdengar suara gemuruh.
Awalnya mereka mengira itu adalah suara guntur. Namun, Darwin sempat kurang yakin. Dari dalam rumah ia menengok ke arah bukit.
Betapa kagetnya dia ketika melihat sebuah batu besar sedang mengelinding mengarah ke rumah mereka. “Bukan guntur, bukan guntur, awas batu, batu…,”teriak Darwin, refleks.
Mendengar teriakan itu, Rosni yang sedang berada di dapur seketika melepas semuia peralatan masak. Ia menuju ke arah Darwin dan anaknya.
Seketika mereka bertiga secara bersama bergegas lari meninggalkan rumah. Benar saja, hanya selang beberapa detik terdengar suara tumbukan dan dentuman yang begitu keras.
“Allahu Akbarrr…,”teriak Darwin se keluarga. Seketika sebuah batu besar menghantam dinding tepat di kamar tengah dimana ketiganya sebelumnya tidur disitu.
“Alhamdulillah.. saya tidak bisa bayangkan kalau saya tidak kase bangun saya pe suami dengan anak tadi,”kata Rosni tak henti-hentinya bersukur.
Rumah semi permanen, yang hanya berdinding batako tanpa plester itu pun hancur di salah satu sisinya. Sebuah batu berdiameter kurang lebih 2 meter bersarang di dalam rumah mereka.
Beberapa perabotan rumah termasuk tempat tidur ikut hancu. Beruntung, rumah yang sebagian dindingnya hanya berbahan anyaman bambu itu tak sampai roboh. Padahal sebagian tiang penyangganya patah.